Telaga Balaikambang, Tempat Prosesi Pelarungan


Yang terlewatkan oleh para wisatawan ketika bekunjung ke komplek Candi Arjuna Dieng, yaitu ada sebuah telaga yang di perkirakan bekas dari letusan gunung purba dieng setelah terjadi proses erupsi berhenti dan mengalami dislokasi sehingga, terbentuklah kepundan kawah mati ( Kaldera ) .
Telaga yang sering di gunakan oleh penduduk setempat sebagai tempat pemancingan dengan jarak sekitar 150 m dari komplek candi dieng mempunyai cerita mistis dengan keberadaanya.

Pertirtaan BalaiKambang Dieng yang secara etimology berasal dari kata Bale atau Dipan, tempat tidur dan kambang yaitu mengapung dengan mitosnya barang siapa melihat bale yang muncul ke permukaan telaga maka akan mendapatkan keberuntungan.

Di area telaga balaikambang juga bisa di gunakan sebagai wahana wisata alam seperti bermain di atas Tanah Goyang ( Rawa ). Dalam sejarah peradaban Hindu Dieng di ceritakan bahwa tempat tersebut merupakan pertirtaan di dekat komplek candi dieng dan sering di gunakan untuk bersuci sebelum kegiatan Upacara di laksanakan di masa lampau ( peradaban hindu kuno dieng )

Bagi penduduk dieng sendiri telaga balaikambang juga di yakini sebagai pusat kerajaan penguasa gaib yang mendiami dataran tinggi dieng.

Dengan banyaknya Cerita Mitos yang ada di tengah tengah masyarakat modern seperti sekarang ini menunjukkan akan peran pentingnya telaga balaikambang bagi penduduk setempat seperti untuk memenuhi kebutuhan hidup ( Irigasi ), dan dalam kegiatan pesta rakyat seperti Dieng Culture Festival # 6, 2015 nanti juga di rencanakan akan di gunakan sebagai bagian acara tempat Pelarungan prosesi ruwatan anak berambut Gembel.