Berbicara tentang objek wisata alam yang satu ini memang tiada habisnya meskipun sudah ribuan wisatawan yang menyambangi tempat terbaik melihat golden sunrise dieng. Spot atau tempat yang di gunakan untuk melihat matahari terbit atau sunrise yang pernah di temukan era 80 an oleh wisatawan asing hingga sekarang masih memukau bagi siapa saja yang datang.
Jalan berbatu, sepi dan gelap masih menjadi teman perjalanan wisata trekking di masa lalu ketika masih jarang orang yang belum mengenal apa itu sunrise. Namun hal tersebut justru berbeda dengan yang di lakukan oleh wisatawan asing disaat berkunjung untuk melihat keindahan dataran tinggi dieng dari sisi yang berbeda, kilaun cahaya pagi yang sempurna, dan hamparan awan yang merona.
Dari jaman dulu nama sikunir sudah di kenal oleh penduduk lokal hanya saja masih banyak yang belum pahan akan maksud dan tujuan wisatawan mendatangi tempat itu.
Rute sikunir sejak dahulu memang hanya jalan setapak , terjal, dan tentunya berbatu, berhias rerumputan ilalang di sepanjang jalan menuju puncak bukit sikunir. Minimnya fasilitas umum, tidak ada papan arah, sepinya orang yang melewati jalur jalan raya di saat pagi buta kian menjebak bagi siapa saja yang baru pertama bertandang kesana.
Akses menuju ke bukit sikunir jaman dahulu hanya dari dieng plateau, jembatan sukarini, situs ondo budho, alas sikunang, dan berakhir di desa sembungan dan kemudian di lanjutkan dengan jalan-jalan setapak menuju puncak.
Sikunir hari ini sangat berbeda yang dulu tidak ada sekarang semua tinggal di depan mata, misal fasilitas seperti area parkir kendaraan, pedagang, toilet, mushola, guide, petugas parkir, bahkan para porter gendong yang siap memanjakkan perjalanan trekking pagi hari hingga matahari menampakkan sinarnya, catatan perjalanan guide pertama bukit sikunir dieng.