CANDI SRIKANDI DIENG


Dataran tinggi dieng dengan gugusan-gugusan bangunan seperti candi banyak tersebar di areal seluas 90 h pada masa pemerintahan rakai warak dyah manara ( 809 m). Membuktikan bahwa candi dieng merupakan bagian peninggalan kerajaan dari mataram hindu kuno serta di pilih sebagai daerah sima atau tanah perdikan dengan simbol lingga patok yang tersebar di kawasan dieng.

Sejarah candi dieng seperti candi srikandi merupakan bangunan yang sangat unik di banding dengan bangunan candi lainnya di daerah dieng bahkan di pulau jawa. Dengan gaya arsitektur yang masih terpengaruh dengan india seperti candi arjuna dan semar, candi srikandi justru  mempunyai relief trimurti ( Dewa Siwa, Dewa Wisnu, Dewa Brahma ) yang terpahat di setiap dinding luarnya.

Sehingga sampai saat ini masih banyak dari kalangan para ahli sejarah atau arkeolog yang mengkaji tentang bangunan candi dieng dari seni bangunan seperti candi srikandi. Candi dieng sendiri di perkirakan sebagai bangunan candi tertua di pulau jawa selain bangunan candi gedong songo dan candi - candi lain di Indonesia.

Wisata sejarah candi dieng sering di jadikan sebagai destinasi wisata utama sebelum mengunjungi objek wisata dieng lainnya seperti ke kawah sikidang, telaga warna atau ke tempat objek wisata di sekitar dataran tinggi dieng.

Secara umum bangunan candi utama memiliki candi perwara di depannya, candi apit di kakan-kiri, dan candi sarana yang terletak di belakang bangunan candi induk.
Namun sebagian dari bangunan candi-candi di dataran tinggi dieng untuk bangunan pendukung tersebut sudah banyak yang mengalami kerusakan atau hanya tinggal pondasinya saja.

Mahakarya dinasti sanjaya di dataran tinggi dieng kini masih bisa di saksikan dengan mengunjungi komplek candi arjuna dieng kabupaten banjarnegara jawa tengah.